Makna Galungan dan Spirit Menegakkan Dharma di Lembaga Peradilan

Oleh I Kadek Apdila Wirawan*

Klungkung – Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan, momen suci yang menandai kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (ketidakbenaran).

Penjor mulai tegak di halaman rumah, harum canang sari memenuhi udara, dan keluarga berkumpul untuk menyambut turunnya Dewa-Dewi ke dunia memberikan anugerah bagi umatnya.

Galungan bukan sekadar hari raya, tetapi pengingat mendalam tentang perjalanan manusia menjaga kebenaran, keteguhan hati, dan keseimbangan hidup. Nilai-nilai inilah yang memiliki kaitan erat dengan tugas Hakim dan seluruh aparatur peradilan.

Sebagaimana Galungan mengajarkan umat untuk menaklukkan sifat buruk dalam diri, seorang Hakim dituntut menjunjung Dharma melalui putusan yang adil, jernih, bebas dari tekanan, serta berlandaskan nurani dan hukum. Integritas moral dan profesionalitas menjadi fondasi agar proses peradilan tetap berada di jalan kebenaran.

Peran aparatur peradilan lainnya, panitera, jurusita, hingga pegawai, juga tidak terpisahkan. Mereka memastikan pelayanan publik berjalan transparan, tertib, dan menghormati prinsip keadilan.

Dalam perspektif peradilan, yadnya atau pengorbanan tulus tercermin dalam dedikasi bekerja untuk kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi. Ketulusan itu hadir melalui pelayanan yang humanis, responsif, dan akuntabel kepada para pencari keadilan.

Di tengah dinamika perkara dan tantangan integritas, Galungan menjadi momentum untuk meneguhkan komitmen moral seluruh insan peradilan agar terus menjaga kepercayaan publik. Spirit kemenangan Dharma diharapkan memperkuat profesionalisme dan etika aparatur peradilan di Bali maupun Indonesia.

Semoga nilai-nilai Galungan menjadi cahaya yang membimbing langkah para hakim dan jajaran peradilan dalam menjaga marwah keadilan serta menghadirkan peradilan yang bersih, cepat, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Penulis adalah Dandapala Contributor.