Filosofi Seruling Spirit Pengabdian Irjen Pol I Ketut Suardana

Oleh : Ngurah Sigit.
Dalam dunia kepemimpinan, setiap individu memiliki filosofi yang menjadi dasar tindakan dan pengabdiannya. Bagi Irjen Pol I Ketut Suardana, seruling bukan sekadar alat musik tradisional, melainkan simbol utama yang mencerminkan spirit pengabdian dan kepemimpinannya. Filosofi seruling ini menjadi landasan moral dan spiritual dalam setiap langkah pengabdiannya sebagai seorang perwira tinggi di Kepolisian Republik Indonesia.
Seruling, yang menghasilkan melodi lembut dari tiupan udara, mengajarkan bahwa kekuatan bukanlah tentang kerasnya suara, melainkan tentang keharmonisan yang terwujud dari kerja sama dan keikhlasan. Melodi yang dihasilkan tidak pernah tercipta dari satu nada saja, tetapi dari perpaduan yang harmonis antara lubang-lubang kecil yang mewakili elemen-elemen kehidupan dan pengabdian. Begitu pula dalam menjalani tugas sebagai seorang polisi, Irjen Pol I Ketut Suardana memandang setiap tantangan sebagai bagian dari upaya menciptakan keharmonisan sosial. Ia percaya bahwa tugas seorang pemimpin bukanlah untuk mendominasi, tetapi untuk merangkul, mendengarkan, dan mengarahkan agar tercipta ketertiban dan kesejahteraan bersama.
Pengabdian Suardana tidak hanya tercermin dalam kiprah formalnya di Kepolisian, tetapi juga dalam dedikasinya membangun hubungan antara masyarakat dan kepolisian dengan penuh empati dan kearifan lokal. Seperti seruling yang dimainkan dengan lembut namun penuh kontrol, Suardana memimpin dengan sentuhan humanis—membangun kepercayaan melalui pendekatan yang tenang dan efektif. Filosofi ini terbukti mengakar kuat dalam pendekatan-pendekatan inovatif yang ia terapkan di berbagai wilayah penugasannya, termasuk dalam upayanya meredam konflik dan menjaga kerukunan masyarakat.
Seruling juga mencerminkan kesederhanaan dan spiritualitas. Dalam setiap nada yang ditiupkan, terdapat kesadaran bahwa harmoni hanya dapat terwujud ketika semua elemen bekerja dalam sinkronisasi yang sempurna. Irjen Pol I Ketut Suardana menjadikan filosofi ini sebagai panduan dalam menata hubungan kerja dan kebijakan, di mana ia selalu mendorong kolaborasi, baik di dalam institusi kepolisian maupun dengan elemen masyarakat. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Bhayangkara yang mengutamakan pengabdian kepada bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.
Dengan filosofi seruling, Irjen Pol I Ketut Suardana berhasil mentransformasikan semangat pengabdian yang tulus menjadi tindakan nyata. Ia adalah sosok yang memahami bahwa kepemimpinan sejati tidak diukur dari kerasnya perintah, tetapi dari kemampuannya menciptakan harmoni di tengah keragaman. Seperti seruling yang mampu menyatukan nada-nada berbeda menjadi satu melodi yang indah, Suardana menjembatani perbedaan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian. Inilah filosofi seruling: sebuah perjalanan pengabdian yang sederhana, namun penuh makna dan kebijaksanaan.
Melalui pendekatan inilah, Suardana mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pemimpin bukanlah tentang kekuasaan semata, melainkan tentang membangun harmoni dan menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Filosofi seruling yang ia anut adalah spirit pengabdian yang menjadi teladan bagi setiap insan Bhayangkara dan bagi masyarakat luas.
Penulis Adalah : Sosiolog, Budayawan dan Pemerhati Media.